Lebih Banyak Perempuan Minta Dinikahkan daripada Pria
Ini bisa jadi kabar gembira bagi orang yang ingin mendapatkan jodoh. Karena di Kota Malang sudah ada Klinik Nikah yang telah sukses menjodohkan ratusan orang hingga berlanjut ke pelaminan.
- BAHRUL MARZUKI
Di antara perumahan lainnya, sebuah rumah di Perum Griya Shanta L 115 itu tampak berbeda. Rumah tersebut memilih warna yang tidak lazim untuk cat pagarnya. Yaitu dengan dominasi warna pink.
Sehingga rumah itu pun tampak mencolok dibanding rumah lainnya. Selain itu, juga ini menjadi penanda khusus bagi orang yang ingin mencari kantor Klinik Nikah. Jadi, para pencari alamat tersebut tidak perlu banyak bertanya lagi kepada orang lain jika hendak mencarinya.
Selain sebagai kantor, tempat tersebut sekaligus menjadi rumah bagi Yosi Al Muzanni. Sudah dua tahun ini Yosi bersama istri dan kedua anaknya tinggal di sana.
Karena menjadi rumah sekaligus kantor, maka tempat tersebut cukup ramai. Seperti saat Jawa Pos Radar Malang berkunjung ke sana pada Jumat lalu (17/6), ada beberapa pengurus Klinik Nikah yang sedang bekerja. ”Ini salah satu pengurusnya,” ujar Yosi menunjuk seorang perempuan berjilbab di sampingnya.
Yosi adalah seorang pendiri Klinik Nikah. Kini lembaga yang dia bangun tersebut sudah hampir berusia dua tahun. Dengan memiliki tujuh cabang yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.
Mulai dari Surabaya, Jember, Ponorogo, Semarang, Jogjakarta, Jakarta, hingga Medan. Dan ke depannya kemungkinan klinik itu akan kembali lagi bertambah. Mengingat ada orang yang telah menghubunginya untuk mendirikan Klinik Nikah di daerahnya.
Yosi menceritakan, awal mendirikan Klinik Nikah karena dia sering dimintai tolong temannya untuk mencarikan jodoh. Selain itu, juga banyak orang tua yang meminta Yosi mencarikan jodoh untuk anaknya. ”Waktu itu saya masih menjadi takmir di Masjid Ramadan yang ada di Perumahan Griya Shanta,” terang dia.
Awalnya Yosi masih mengingat telah menjodohkan tujuh orang temannya. Lalu dari sini permintaan untuk mencarikan jodoh kepadanya semakin banyak. ”Akhirnya sekalian saya mendirikan Klinik Nikah ini,” jelasnya.
Menurut Yosi, Klinik Nikah tersebut sebenarnya bukanlah sebuah biro jodoh. Hanya sebuah tempat edukasi bagi mereka yang hendak menikah maupun sudah menikah. ”Namun bagi mereka yang belum memiliki pasangan, maka kami merasa bertanggung jawab untuk mencarikannya,” lanjut pria kelahiran 1987 ini.
Orang yang hendak ikut kelas di Klinik Nikah memang dibebaskan. Boleh yang sudah memiliki pasangan, baru putus cinta, belum memiliki pasangan, ataupun belum hendak ingin menikah sekalipun. ”Hanya kami batasi masalah umur saja, minimal harus 18 tahun,” katanya.
Dalam Klinik Nikah, kelasnya dibuka tiga bulan sekali. Dalam satu angkatan bisa mencapai 40 peserta. Mereka akan mengikuti pertemuan sebanyak 12 kali. ”Kalau di Malang sejauh ini sudah ada enam angkatan,” ungkap Yosi.
Mereka yang mendaftar dan mengikuti kelas ini nanti akan mendapatkan beberapa materi terkait pernikahan. Mulai dari psikologi kekeluargaan, kesehatan pranikah, tahapan pemilihan jodoh, ta’aruf, khitbah (peminangan), mahar, administrasi KUA, fiqh walimah, manajemen keuangan keluarga, fiqh talak, rujuk, serta parenting pemantapan.
Mengapa semua itu perlu diajarkan? Menurut Yosi, itu karena pernikahan bukanlah sesuatu hal yang dibuat main-main. Ini terkait dengan separo agama. ”Orang untuk menjadi insinyur saja perlu belajar selama empat tahun, apalagi untuk nikah,” paparnya.
Dia melanjutkan, edukasi untuk pernikahan sendiri memang didapatkan pasangan yang hendak menikah. Hanya saja singkat selama satu hari di KUA. ”Itu saya rasa sangat tidak cukup,” kata bapak dua anak tersebut.
Nah, dengan adanya edukasi ini, dia berharap pernikahan bisa semakin langgeng. Tidak gampang memutuskan untuk bercerai. ”Kan angka perceraian kini juga membuat miris,” paparnya.
Selama dua tahun Yosi mengurusi Klinik Nikah ini, menurutnya, pesertanya lebih banyak didominasi kaum perempuan. Jika dibandingkan, maka 70 persen banding 30 persen. ”Lebih banyak perempuan yang mencari jodoh,” kata alumni Bahasa Arab Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.
Karena itu, akhirnya tidak terjadi keseimbangan di sini. Sebab, nyatanya banyak perempuan yang ngebet untuk menikah tapi tidak menemukan pasangan. ”Karena itu, saya sering woro-woro ke teman-teman. Kalau ada pria belum menikah, di sini banyak perempuan yang siap,” lanjut pria asal Magetan tersebut.
Dan perempuan yang siap menikah ini juga bukan perempuan biasa. Mulai dari strata pendidikan S1, S2, hingga S3. Semua jenjang ada. ”Hingga ada juga yang siap memberikan usaha kepada suaminya nanti,” katanya.
Yosi mengungkapkan, apa yang dilakukan perempuan dalam mencari jodoh secara agresif itu sah-sah saja. Ini sebagaimana sudah dicontohkan Siti Khadijah ketika meminang Nabi Muhammad SAW. ”Di sini saya mendidik agresif tapi tidak murahan,” ujar suami dari Ernawati Rahayu tersebut.
Tidak murahan ini, menurutnya, dalam artian tidak hanya menampilkan fisik semata. Apalagi jika sampai berpakaian sexy. ”Karena kalau gitu biasanya dipacari saja, tapi tidak sampai dinikahi,” jelasnya.
Dari sinilah kemudian Yosi akhirnya memiliki aktivitas yang padat. Sebab, banyak yang mengundangnya untuk menjadi pembicara tentang pernikahan dalam sebuah seminar. Hingga dia juga pernah diminta untuk mengisi seminar pernikahan di Malaysia.
Lalu bagaimana cara mendaftarnya? Yosi mengatakan itu tidaklah sulit, peserta bisa daftar lewat internet dengan website kliniknikah.com atau bisa datang langsung ke kantor.
sumber : radarmalang.co.id
0 Response to "Yosi Al Muzanni, Pendiri Klinik Nikah Sukses Jodohkan Ratusan Orang"
Post a Comment